Apa
itu kurikulum?
Kurikulum
berasal dari bahasa yunani curriculum yang
berarti “pacuan kuda”. Kurikulum
merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu(UU
SISDIKNAS
NO 20 TAHUN 2003). Kurikulum merupakan salah satu aspek utama penentu
keberhasilan pendidikan, karena esensi dari pembelajaran terkandung
seluruhnya
dalam sebuah kurikulum. Menurut Prof. Dr. H.A.R. Tilaar M.Sc, Ed, 4
bagian utama
dari kurikulum adalah :
1. Tujuan.
Dalam hal ini, kurikulum mencangkup tujuan nasional pendidikan, tujuan
pendidikan daerah serta tujuan pendidikan dari institusi yang terkait.
2. Materi.
Kurikulum tentunya memerlukan materi yang jelas, baik berupa materi kongkrit
(buku, refrensi, modul) maupun yang abstrak (standar kompetensi, isi,
pembelajaran).
3. Metode.
Bagaimana cara proses pembelajaran, penyampaian materi dan segala aspek yang
terkait dengan interaksi pembelajaran antara siswa dan guru.
4. Evaluasi.
Kurikulum harus memiliki sistem evaluasi terkait dengan pelaksanaannya
dilapangan. Hal ini sangat esensial untuk pengembangan dan perbaikan kedepan.
2. konsep kurikulum subjek akademik humanis teknologi dan rekonstruksi sosial ?
konsep kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapat penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum.
Menurut Sutrisno (2001, 12) disebutkan ada tiga konsep kurikulum, yaitu : (a) kurikulum sebagai substansi, (b) kurikulum sebagai sistem, dan (c) kurikulum sebagai bidang studi.
Konsep pertama,
adalah kurikulum sebagai suatu sistem/tujuan. Yaitu sistem kurikulum yang merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
Mauritz Johnson membedakan antara kurikulum dengan pengajaran. Yang membedakan antara keduanya yaitu pengajaran merupakan interaksi siswa dengan lingkungan sekitar, sedangkan kurikulum adalah rentetan hasil belajar yang diharapkan atau sebagai tujuan.
Konsep kedua, kurikulum sebagai rancangan/rencana
Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi.
Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara
Menurut Mac Donal, sistem persekolahan terbentuk atas 4 subsistem yaitu
Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan penerapan dari teori-teori kurikulum dan pengembangan para bidang ahli kurikulum/pendidikan dan pengajaran.
Menurut Zais, kurikulum sebagai bidang studi mencakup batasan/jarak/cakupan subject matter dan prosedur pengembangan dan praktek.
Teori yang lain dikemukakan oleh Beauchamp. Menurut Beauchamp, teori kurikulum adalah sekumpulan pernyataan yang berhubungan yang memberi arti terhadap kurikulum sekolah dengan titik beratnya pada hubungan antar elemen, perkembangan, penggunaan, dan evaluasi.
Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk:
(1) mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah teknis,
(2) mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan baru,
(3) melakukan penelitian inferensial dan prediktif,
(4) mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan model-model kurikulum.
Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum. Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem, maupun bidang studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.
B. SUBJEK AKADEMIK
Ada 4 model kurikulum yang berkembang hingga saat ini, yaitu:
1. Model kurikulum Sobjek akademik
2. Model kurikulum Humanistik
3. Model kurikulum rekonstruksi sosial
4. Model kurikulum Kompetensi
Penjelasan dari keempat model diatas adalah sebagai berikut:
1. Model kurikulum Subjek Akademik.
Merupakan model konsep kurikulum yang paling tua, sejak sekolah yang pertama dulu berdiri. Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu. fungsi pendidikan adalah memeliharadan mewariskan ilmu pngetahuan, tehnologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang baru.
Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi pelajaran sebanyak-banyaknya. kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap hanya menekankan materi yang disampaikan, dalam sejarah perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar yang dilakukan peserta didik. Proses belajar yang dipilih tergantung pada segi apa yang dipentingkan dalaam materi pelajaran tersebut.
2. Model Kurikulum Humanistik
Model kurikulum ini menekankan pada pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang antara perkembangan segi intelektual, afektif, dan psikomotor. Kurikulum ini menekankan pengembangan dan kemampuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan peseta didik dn pembelajarannya ber pusat pada peserta didik. Pembelajaran segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam model kurikulum ini. Model kurikulum ini berkembang dan digunakan dalam pendidikan pribadi.
Model kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik, didasari oleh konsep-konsep pendidikan pribadi (personalized Education) yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseou (romantic education), konsep ini lebih memberikan tempat utama kepada peserta didik. Mereka percaya bahwa peserta didik mempunyai potensi-potensi, punya kemampuan dan kkuatan untuk berkembang sendiri. Para pendidik Humanis juga berpegang kepada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, dan akrab.
3. Model Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Model kurikulum ini lebih memusatkan perhatiannya pada problema-problema yang ihadapi dalam masyarakat, kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri, tetapi merupakan kegatan bersama, interaksi, dan kerjasama. Melalui interaksi dan kerjasama ini peserta didik berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentuan masyarakat yang kebih baik. Sekolah bukan hanya dapat membantu bagaimana berartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Kurikulum Rekonstruksi Sosial memiliki desai kurikulum yang berbeda dengan model kurikulum lain, beberapa ciri dari kurikulum ini adalah:
a. Asumsi
Tujuan utama dari kurikulum ini adalah menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
b. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial mendesak.
c. Pola-pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda, di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih suatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.
Kurikulum Rekonstruksi Sosial memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum yang lain, tetapi isi dabentuk-bentuknya berbeda, diantaranya sbagai berikut:
a. Tujuan dan Isi kurikulum
Setiap tahun program pendidikan mempunyai tujuan-tujuan yang berbeda disesuaikan dengan masalah sosial yang ada disuatu tempat.
b. Metode
Dalam pembelajaran rekonstruksi sosial pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan peserta didik.
c. Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi ara peserta didik juga dipartisipasikan, partisipasi mereka terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan.
4. Model Kurikulum Kompetensi
Kompetensi dpat didefinisikan sebagai pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Depdiknas, 2004). Sedangkan menurut Spencer dan Spencer (1993:9) kompetensi merupakan kecakapan terbaik seseorang dalam pekerjatau keadaan.
Perkembangan tehnologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu tehnologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah tehnologi sederhana sepert penggunaan apan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak dan grib, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah tehnologi maju, seperti audio dan video cassette, overhead projektor, film slide dan motion film, mesin pembelajar, komputer, CD-Room, and internet.
Ada beberapa ciri dari kurikulum kompetensi yang dikembangkan dari konsep tehnologi pendidikan, yaitu:
a. tujuan diarahkan pada penguasaan kemampuan akademik, kemampuan vokasional, atau kemampuan pribadi yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi.
b. metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan, respons tersebut diperkuat.
Pembelajaran pada awalnya bersifat individual, tiap eserta didik menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya, dan maju sesuai kecepatan masing-masing, pada saat tertentu ada tugas-tugas yang bersifat kelompok. Setiap peserta didik harus menguasai secara tuntas tujuan-tujuan dari program pembelajaran (pembelajaran tuntas).
Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai beikut:
1. penegasan tujuan
2. pelaksanaan pembelajaran
3. pengetahuan tentang hasil
c. Organisasi Bahan Ajar
Bahan ajaran atau kompetensi yang luas/besar dirinci bagian-bagian atau sub kompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan obyektif.
d. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit, ataupun semester. Fungsi dari evaluasi ini adalah; sebagai umpan balik bapesrta didik dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran, sebagai umpan balik bagi peserta didik pada akhir suatu program atau semester, juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan pengembangan kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum.
Konsep terpenting yang perlu mendapat penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum.
- Pengertian konsep kurikulum
Menurut Sutrisno (2001, 12) disebutkan ada tiga konsep kurikulum, yaitu : (a) kurikulum sebagai substansi, (b) kurikulum sebagai sistem, dan (c) kurikulum sebagai bidang studi.
Konsep pertama,
adalah kurikulum sebagai suatu sistem/tujuan. Yaitu sistem kurikulum yang merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
Mauritz Johnson membedakan antara kurikulum dengan pengajaran. Yang membedakan antara keduanya yaitu pengajaran merupakan interaksi siswa dengan lingkungan sekitar, sedangkan kurikulum adalah rentetan hasil belajar yang diharapkan atau sebagai tujuan.
Konsep kedua, kurikulum sebagai rancangan/rencana
Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi.
Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara
Menurut Mac Donal, sistem persekolahan terbentuk atas 4 subsistem yaitu
- Mengajar merupakan kegiatan profesional guru.
- Belajar merupakan suatu upaya siswa sebagai respon dalam sistem persekolahan.
- Pengajaran merupakan interakasi belajar mengajar.
- Kurikulum merupakan rencana sebagai pedoman.
- Kurikulum bertindak sebagai rencana tertulis
- Kurikulum fungsional.
Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan penerapan dari teori-teori kurikulum dan pengembangan para bidang ahli kurikulum/pendidikan dan pengajaran.
Menurut Zais, kurikulum sebagai bidang studi mencakup batasan/jarak/cakupan subject matter dan prosedur pengembangan dan praktek.
Teori yang lain dikemukakan oleh Beauchamp. Menurut Beauchamp, teori kurikulum adalah sekumpulan pernyataan yang berhubungan yang memberi arti terhadap kurikulum sekolah dengan titik beratnya pada hubungan antar elemen, perkembangan, penggunaan, dan evaluasi.
Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk:
(1) mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah teknis,
(2) mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan baru,
(3) melakukan penelitian inferensial dan prediktif,
(4) mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan model-model kurikulum.
Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum. Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem, maupun bidang studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.
B. SUBJEK AKADEMIK
Ada 4 model kurikulum yang berkembang hingga saat ini, yaitu:
1. Model kurikulum Sobjek akademik
2. Model kurikulum Humanistik
3. Model kurikulum rekonstruksi sosial
4. Model kurikulum Kompetensi
Penjelasan dari keempat model diatas adalah sebagai berikut:
1. Model kurikulum Subjek Akademik.
Merupakan model konsep kurikulum yang paling tua, sejak sekolah yang pertama dulu berdiri. Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu. fungsi pendidikan adalah memeliharadan mewariskan ilmu pngetahuan, tehnologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang baru.
Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi pelajaran sebanyak-banyaknya. kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap hanya menekankan materi yang disampaikan, dalam sejarah perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar yang dilakukan peserta didik. Proses belajar yang dipilih tergantung pada segi apa yang dipentingkan dalaam materi pelajaran tersebut.
2. Model Kurikulum Humanistik
Model kurikulum ini menekankan pada pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang antara perkembangan segi intelektual, afektif, dan psikomotor. Kurikulum ini menekankan pengembangan dan kemampuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan peseta didik dn pembelajarannya ber pusat pada peserta didik. Pembelajaran segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam model kurikulum ini. Model kurikulum ini berkembang dan digunakan dalam pendidikan pribadi.
Model kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik, didasari oleh konsep-konsep pendidikan pribadi (personalized Education) yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseou (romantic education), konsep ini lebih memberikan tempat utama kepada peserta didik. Mereka percaya bahwa peserta didik mempunyai potensi-potensi, punya kemampuan dan kkuatan untuk berkembang sendiri. Para pendidik Humanis juga berpegang kepada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, dan akrab.
3. Model Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Model kurikulum ini lebih memusatkan perhatiannya pada problema-problema yang ihadapi dalam masyarakat, kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri, tetapi merupakan kegatan bersama, interaksi, dan kerjasama. Melalui interaksi dan kerjasama ini peserta didik berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentuan masyarakat yang kebih baik. Sekolah bukan hanya dapat membantu bagaimana berartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Kurikulum Rekonstruksi Sosial memiliki desai kurikulum yang berbeda dengan model kurikulum lain, beberapa ciri dari kurikulum ini adalah:
a. Asumsi
Tujuan utama dari kurikulum ini adalah menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
b. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial mendesak.
c. Pola-pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda, di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih suatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.
Kurikulum Rekonstruksi Sosial memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum yang lain, tetapi isi dabentuk-bentuknya berbeda, diantaranya sbagai berikut:
a. Tujuan dan Isi kurikulum
Setiap tahun program pendidikan mempunyai tujuan-tujuan yang berbeda disesuaikan dengan masalah sosial yang ada disuatu tempat.
b. Metode
Dalam pembelajaran rekonstruksi sosial pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan peserta didik.
c. Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi ara peserta didik juga dipartisipasikan, partisipasi mereka terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan.
4. Model Kurikulum Kompetensi
Kompetensi dpat didefinisikan sebagai pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Depdiknas, 2004). Sedangkan menurut Spencer dan Spencer (1993:9) kompetensi merupakan kecakapan terbaik seseorang dalam pekerjatau keadaan.
Perkembangan tehnologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu tehnologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah tehnologi sederhana sepert penggunaan apan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak dan grib, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah tehnologi maju, seperti audio dan video cassette, overhead projektor, film slide dan motion film, mesin pembelajar, komputer, CD-Room, and internet.
Ada beberapa ciri dari kurikulum kompetensi yang dikembangkan dari konsep tehnologi pendidikan, yaitu:
a. tujuan diarahkan pada penguasaan kemampuan akademik, kemampuan vokasional, atau kemampuan pribadi yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi.
b. metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan, respons tersebut diperkuat.
Pembelajaran pada awalnya bersifat individual, tiap eserta didik menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya, dan maju sesuai kecepatan masing-masing, pada saat tertentu ada tugas-tugas yang bersifat kelompok. Setiap peserta didik harus menguasai secara tuntas tujuan-tujuan dari program pembelajaran (pembelajaran tuntas).
Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai beikut:
1. penegasan tujuan
2. pelaksanaan pembelajaran
3. pengetahuan tentang hasil
c. Organisasi Bahan Ajar
Bahan ajaran atau kompetensi yang luas/besar dirinci bagian-bagian atau sub kompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan obyektif.
d. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit, ataupun semester. Fungsi dari evaluasi ini adalah; sebagai umpan balik bapesrta didik dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran, sebagai umpan balik bagi peserta didik pada akhir suatu program atau semester, juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan pengembangan kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum.
3) LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM KETERKAITAN ANTARA PERKEMBANGAN IPTEK DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM ?
4) PRINSIF PRINSIF KURIKULUM ?
Oemar Hamalik (2001) membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi delapan macam, antara lain:
- Prinsip Berorientasi Pada Tujuan
Pengembngan kurikulum diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan
Nasional. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai
tujuan satuan dan jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum
mengadung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai. Yang
selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang
mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang
terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
- Prinsip Relevansi (Kesesuaian)
pengembanga kurikulum yang meliputi
tujuan, isi dan system penyampaian harus relevan (sesuai) dengan
kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan
siswa, serta serasi dengan perkembnagan ilmu pengetahuan dan tegnologi.
- Prinsip Efisiensidan Efektifitas.
Pengembangan kurikulum harus
mempertimbangkan segi efisien dan pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan
sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal.
Dana yang terbat harus digunakan sedemikina rupa dalam rangka mendukung
pelaksanaan pembelajaran. Waktu yang tersedia bagi siswa belajar
disekolah juga terbatas sehingga harus dimanfaatkan secara tepat sesuai
dengan tata ajaran dan bahan pembelajaran yang diperlukan. Tenaga
disekolah juga sangat terbatas, baik dalam jumlah maupun dalam mutunya,
hendaknya didaya gunakan secara efisien untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Demikian juga keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan,
dan sumber kerterbacaan, harus digunakan secara tepat oleh sswa dalam
rangka pembelajaran, yang semuanya demi meningkatkan efektifitas atau
keberhasilan siswa.
- Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan,
diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan
ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya
dalam suatu kurikulum disediakan program pendidikan ketrampilan industri
dan pertanian. Pelaksanaaan di kota, karena tidak tersedianya lahan
pertanian., maka yang dialaksanakan program ketrampilan pendidikn
industri. Sebaliknya, pelaksanaan di desa ditekankan pada program
ketrampilan pertanian. Dalam hal ini lingkungan sekitar, keadaaan
masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor
pertimbangan dalam rangka pelaksanaan kurikulum.
- Prinsip Kontiunitas
Kurikulum disusun secara
berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-spek, materi, dan bahan
kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu
sama lain memilik hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan
jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikn, tingkat
perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas alur dan
keterkaitan didalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan
siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
- Prinsip Keseimbangan
Penyusunan kurikulum memerhatikan
keseimbangan secara proposional dan fungsional antara berbagai program
dan sub-program, antara semau mata ajaran, dan antara aspek-aspek
perilaku yang ingin dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan
antara teori dan praktik, antara unsur-unsur keilmuan sains, sosial,
humaniora, dan keilmuan perilaku. Dengan keseimbangan tersebut
diaharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, yang satu
sama lainnya saling memberikan sumbangan terhadap pengembangan pribadi.
- Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan
berdasarkan prinsip keterpaduan, perencanaan terpadu bertitik tolak dari
masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-unsusrnya. Pelaksanaan
terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun
pada tingkat inter sektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan
terbentuk pribadi yang bulat dan utuh. Diamping itu juga dilaksanakan
keterpaduan dalam proses pembalajaran, baik dalam interaksi antar siswa
dan guru maupun antara teori dan praktek.
- Prinsip Mutu
Pengembangan kurikulum berorientasi pada
pendidikan mutu, yang berarti bahwa pelaksanaan pembelajaran yang
bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar,
peralatan,/media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur
berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional yang diaharapkan.
5) . MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM ?
Dalam pengembangannya model ini terbagi menjadi beberapa model, diantaranya:
- Model Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
Konsep dari PPSI ini
adalah bahwa sistem instruksional yang menggunakan pendekatan sistem,
yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah
komponen yang berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai
tujuan yang diinginkan. Sedangkan fungsi PPSI adalah untuk
mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara
sistemik dan sistmatis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik
dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Langkah-langkah dari pengembangan model PPSI ini adalah sebagai berikut:
- Merumuskan Tujuan. Langkah ini menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku, dan hanya ada satu kemampuan atau tujuan.
- Pengembangan Alat Evaluasi. Dalam mengembangkan alat evaluasi, langkah-langkahnya adalah menentukan jenis tes yang akan digunakan dan menyusun item soal untuk setiap tujuan.
- Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Langkah ketiga yaitu merumuskan semua kemungkinan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menetapkan kegiatan pembelajaran yang akan ditempuh.
- Pengembangan Program KBM. Dalam pengembangan program KBM, maka langkah-langkahnya ialah merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode yang digunakan, memilih alat dan sumber yang digunakan dan menyusun program kegiatan atau jadwal.
- Pelaksanaan. Langkah yang terakhir yaitu mengadakan pre-tes, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan post-tes dan revisi.
2. Model Glasser
Bagan 1 Model Glasser (attachments 1)
Model ini merupakan model yang paling
sederhana, dimana menggambarkan suatu perencanaan atau pengembangan
pembelajaran ke dalam empat langkah, diantaranya:
- Tujuan pembelajaran (Instructional objectives)
- Pemberian perlakuan (Entering behavior)
- Prosedur pelaksanaan (Instructional prosedures)
- Penilaian hasil produksi (Performance assessment)
Tahap pertama adalah tujuan
pembelajaran atau dalam proses produksi merupakan tujuan dari program
yang akan dirancang. Tujuan ini lebih menitikberatkan kepada apa yang
ingin disampaikan dari program yang diinginkan.
Pada tahap ini kita mencoba memasukkan
materi-materi atau unsur-unsur yang berkenaan dengan program yang
dibuat. Dimana segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
produksi.
Prosedur pelaksanaan merupakan sebuah
tahapan dalam menguraikan langkah-langkah yang akan dilaksanakan. Hal
ini dilakukan agar proses pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
Dimana pada tahap ini dilakukan
penilaian terhadap kinerja yang telah dilaksanakan. Tahap ini merupakan
sebuah upaya menyelaraskan segala sesuatu yang telah dilaksanakan pada
tahap sebelumnya.
3. Model Gerlach dan Elly
Model pembelajaran Gerlach dan Elly
merupakan salah satu model yang sering pula digunakan pada perencaanan
pembelajaran. Model ini menitikberatkan pada upaya-upaya yang dilakukan
dalam merumuskan komponen-komponen yang sering dijumpai dalam sebuah
program. Model ini terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
Tahapan pertama, yaitu perumusan materi (specification of content) dan perumusan tujuan (specification of objectives).
Inti dari sebuah program adalah kesesuaian antara hasil dengan tujuan.
Tahap ini bertujuan untuk mensinkronkan antara materi yang akan
diberikan dengan tujuan dari program yang dibuat.
Tahapan kedua, yaitu Analisis terhadap Perlakuan (Assessment of Entering Behaviors).
Hal ini bertujuan untuk menganalisis input yang menjadi sasaran dari
program, agar memudahkan untuk memberikan perlakuan atau pembelajaran
yang akan disampaikan.
Tahapan ketiga, merupakan beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam perencanaan sebuah program, diantaranya:
- Perumusan Strategi (Determination of Strategy)
- Pengorganisasian Kelompok (Organization of Groups)
- Alokasi Waktu (Allocation of Time)
- Alokasi Tempat (Allocation of Space)
- Penyediaan Peralatan (Selecting of Resources)
Sebuah program yang baik akan tercapai
jika menggunakan strategi yang benar. Maka perumusan strategi merupakan
langkah awal dari bagaimana program itu baik atau tidaknya dalam
pencapaian tujuan. Sehingga penggunaan strategi yang tepat akan
mempengaruhi hasil akhir dari program yang dilaksanakan.
Pengorganisasian kelompok merupakan
salah satu bentuk perencanaan yang melibatkan sumber daya manusia dalam
mencapai tujuan. Pengorganisasian kelompok ini dilakukan agar
memudahkan dalam pencapaian tujuan. Pengorganisasian ini seperti
pembentukan kelompok, pembagian tugas kelompok, manajemen kelompok, dan
lainnya.
Sebuah program tidak dapat berjalan
semestinya jika tidak terdapat perencanaan waktu yang baik. Sehingga
pada tahap ini pengalokasian waktu merupakan bagian yang vital dalam
perencanaan program. Bentuk pengalokasian waktu yang baik seperti
pembuatan jadwal kegiatan, run down acara, dan lainnya.
Tempat merupakan elemen yang tidak
dapat dipisahkan dalam perencanaan program. Karena segala sesuatu yang
berkaitan dengan program akan berkenaan dengan tempat. Bentuk
pengalokasian tempat adalah seting ruangan, lokasi program, dan lainnya.
Bagian yang tak kalah pentingnya adalah
penyediaan peralatan. Yang dimaksud penyediaan peralatan ialah proses
persiapan sejumlah sarana yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan
program.
Tahap keempat, evaluasi (Evaluation of Performance).
Dimana setelah melaksanakan seluruh rangkaian tahapan sebelumnya perlu
diadakan suatu evaluasi perencanaan. Evaluasi ini bertujuan sebagai
proses penilaian terhadap hal-hal yang telah dipersiapkan. Bentuk
konkret dari evaluasi ini adalah analisis balikan (Analyses of Feedback).
4. Model Jerold E. Kemp
Model Kemp adalah sebuah pendekatan
yang mengutamakan sebuah alur yang dijadikan pedoman dalam penyusunan
perencanaan program. Dimana alur tersebut merupakan rangkaian yang
sistematis yang menghubungkan tujuan hingga tahap evaluasi.
Komponen-komponen dalam model pembelajaran Kemp ini dapat berdiri
sendiri, sehingga sewaktu-waktu tiap komponennya dapat dilakukan revisi.
Adapun langkah-langkah dari pengembangan model Kemp adalah sebagai berikut:
- Menentukan Judul dan Tujuan Pembelajaran Umum
- Menganalisis Karakteristik Siswa
- Menentukan Tujuan Pembelajaran Khusus
- Menentukan Materi Pembelajaran
- Menentukan Pre Test
- Menentukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
- Evaluasi
Langkah pertama dalam mendesain program
adalah menentukan judul dan tujuan pembelajaran secara umum. Karena
secara tidak langsung judul akan mempengaruhi program secara
keseluruhan.
Kadang kala sebuah program tidak
berjalan dengan baik apabila tidak sesuai dengan kebutuhan siswa.
Sehingga langkah menganalisis karakteristik siswa menjadi faktor
penentu dalam pengembangan program. Karakteristik siswa dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan, seperti kelompok umur,
pendidikan terakhir, latar belakang sosial, dan lainnya.
Setelah merumuskan tujuan umum dan
menganalisis karakteristik siswa, maka langkah berikutnya menentukan
tujuan pembelajaran secara khusus. Yang dimaksud pada langkah ini
adalah perumusan yang lebih mendetail hal-hal yang sangat teknis.
Dimana lebih mencakup pokok-pokok yang ingin dicapai oleh program.
Langkah berikutnya menentukan materi
yang akan disampaikan. Materi ini bisa berupa bahan atau alat yang
dapat menjabarkan isi dari program yang diinginkan.
Pre test merupakan sebuah cara untuk mengukur sejauhmana kemampuan siswa dalam penguasaan materi yang akan diberikan. Menentukan pre test merupakan sebuah upaya untuk menjaring siswa yang sesuai dengan program.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
merupakan inti dari sebuah program. Dalam penentuan KBM ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, diantaranya metode pembelajaran, seting
ruangan, sarana dan prasarana, dan lainya.
Tahap evaluasi merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan pada model ini, dimana secara formatif program
yang dikoreksi dan diperbaiki agar sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
5. Model Pembelajaran Konstekstual
Pendekatan konstekstual sebagai suatu
pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa
untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih
bersifat kongkrit (terkait dengan kehidupan nyata) melalui pelibatan
aktivitas belajar mencoba melakukan dan mengalami sendiri (learning by
doing).Dalam pembelajaran kontekstual ada tujuh prinsip pembelajaran
yang harus dikembangkan, yaitu:
- Konstruktivisme
- Menemukan (Inquiry)
- Bertanya (Questioning)
- Masyarakat Belajar (Learning Community)
- Pemodelan
- Refleksi
- Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Konstruktivisme merupakan sebuah landasan berfikir dalam membangun pengetahuan secara bertahap dengan konteks terbatas.
Merupakan kegiatan inti sebagai upaya
menemukan yang akan menberikan penegasan bahwa pengetahuan dan
keterampialan yang didapat adalah hasi menemukan sendiri.
Bertanya merupakan kemampuan dan
kebiasaan yang menjadi strategi utama untuk mendorong siswa dalam
meningkatkan kualitas dan produktivitas pembelajaran.
Hasil pembelajaran diperoleh dalam kerjasama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing).
Oleh karena itu maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa
untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari
teman-teman belajarnya.
Berkembang pesatnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, tuntutan siswa yang semakin beragam berdampak terhadap
kemampuan guru untuk memenuhinya. Saat ini guru bukan satu-satunya
sumber belajar dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tahap pembuatan
model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran.
Refleksi adalah cara berpikir tentang
apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Intinya adalah
berpikir kembali ke belakang mengenai apa-apa yang telah dipelajari
kemudian mengendapkannya sebagi struktur pengetahuan baru. Pada saat
ini siswa diberi waktu untuk mencerna, menimbang, membandingkan,
menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be).
Tahap terakhir yaitu penilaian.
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang
bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar
siswa. Tahap ini memiliki fungsi yang menentukan untuk mendapatkan
informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan contextual teaching and learning.
Berdasar uraian diatas, maka terdapat
beberapa model perencanaan yang dapat digunakan untuk perencanaan
produksi program televisi melalui project work. Karena secara umum model-model tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Jika melihat perkembangan model pembelajaran, model yang sering digunakan ada empat macam menurut Susilana (2006), diantaranya:
1. Model Interaksi Sosial
Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory).
Model interaksi sosial menitikberatkan hubungan harmonis antara
individu dengan masyarakat (learning to life together). Pokok pandangan
gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai
suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Aplikasi model interaksi
sosial dalam pembelajaran adalah:
- Pengalaman tilikan (insight)
- Pembelajaran yang bermakna
- Perilaku bertujuan
- Prinsip ruang hidup (Life space)
Siswa sebaiknya memiliki kemampuan insight yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek.
Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses pembelajaran.
Perilaku seharusnya terarah pada suatu
tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran akan berhasil bila siswa
mengetahui tujuan yang akan dicapai.
Perilaku siswa terkait dengan
lingkungan dimana ia berada. Materi yang disampaikan hendaknya memiliki
kaitan dengan situasi lingkungan dimana siswa berada.
2. Model Pemrosesan Informasi
Model ini berdasarkan teori belajar
kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses
infomasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan informasi
merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan.
Implikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran diantaranya:
- Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengn orang dewasa;
- Guru harus bertindak sebagai fasilitator;
- Materi belajar sesuai dengan tingkat perkembangan siswa; dan
- Siswa diberikan kesempatan yang luas untuk bersosialisasi dan diskusi.
3. Model Personal (Personal Models)
Model ini bertolak dari teori
humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu.
Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan
yang produktif dengan lingkungan. Implikasi dari teori humanistik dalam
pendidikan adalah sebagai berikut:
- Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan;
- Tingkah laku berorientasi pada pelaksanaan (learning to do);
- Siswa memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri;
- Pengajaran berfokus pada belajar siswa (learn how to learn); dan
- Pengajaran adalah membantu siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya.
Model ini bertolak dari teori belajar
behavioralistik yaitu bertujuan mengembangakan sistem yang efisien
untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan
cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini
menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologi dan perilaku yang
tidek dapat diamati. Karakteristik dari model ini adalah dalam hal
penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari siswa lebih efisien dan
berurutan.
5. Model Evaluasi
Evaluasi (evaluation) berbeda dengan
istilah penilaian (assessment). Evaluasi digunakan dalam konteks yang
lebih luas dan bisa dilaksanakan baik secara eksternal (oleh orang yang
berada diluar sistem) maupun secara internal. We use the word
evaluation to designate summing-up process in which value judgement
play a large part as in grading and promoting students. We consider the
construction administration and scoring of test as measurement process
(Stanley and Hopkins, 1978:3). Adapun penilaian digunakan dalam konteks
yang lebih sempit dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh
orang-orang yang menjadi bagian dari suatu sistem.
Ada lima faktor evaluasi yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Evaluasi berkait dengan kegiatan memberi nilai (value), yaitu derajat kebaikan atau mutu dari objek yang dievaluasi.
- Pemberian nilai adakalanya digunakan untuk kepentingan sumatif atau untuk formatif.
- Nilai yang diberikan mengacu kepada suatu patokan tertentu seperti Penilaian Acuan Patokan (PAP), Penlaian Acuan Norma (PAN), dan gabungan dari keduanya.
- Pemberian nilai didasarkan atas data atau informasi yang dikumpulkan dengan teknik-teknik, seperti pengujian, pengamatan, wawancara dan hasil pekerjaan.
- Hasilnya secara komprehensif dan tepat (akurat) menggambarkan keadaan yang sebenarnya (objektif) dari derajat kebaikan objek yang dinilai
6) analisis tentang rencana pemerintah menerapkan kurikulum 2013